- Prinsip Pemindah Tenaga
Gambar
1. Konstruksi sistem pemindah tenaga pada
sepeda motor
Tenaga putar dari
crankshaft ini akan dipindahkan ke roda belakang melalui roda gigi
reduksi, kopling, gear box (transmisi), sprocket penggerak, rantai dan
roda sprocket. Gigi reduksi berfungsi untuk mengurangi putaran mesin agar
terjadi penambahan tenaga. Sehingga
sepeda motor dapat dijalankan sebagaimana mestinya.
1. Kopling (Clutch)
Kopling berfungsi meneruskan dan memutuskan putaran dari poros engkol
ke transmisi (perseneling) ketika mulai atau pada saat mesin akan berhenti
atau memindahkan gigi. Umumnya
kopling yang digunakan pada sepeda motor adalah kopling tipe basah
dengan plat ganda, artinya kopling dan komponen kopling lainnya
terendam dalam minyak pelumas dan terdiri atas beberapa plat
kopling.
Tipe kopling yang digunakan pada
sepeda motor menurut cara kerjanya ada dua jenis yaitu kopling mekanis dan
kopling otomatis.
- Kopling Mekanis (Manual Clutch)
Kopling
mekanis adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh handel kopling,
dimana pembebasan dilakukan dengan cara menarik handel kopling pada batang
kemudi dan ada juga yang berkedudukan pada as primer (input/main shaft).
Sistem kopling
mekanis terdiri atas bagian-bagian berikut yaitu:
- mekanisme handel terdiri atas: handel, tali kopling (kabel kopling), tuas (batang) dan pen pendorong.
- mekanisme kopling terdiri atas (gambar 2): gigi primer kopling (driven gear), rumah (clutch housing), plat gesek (friction plate) plat kopling (plain plate), per (coil spring), pengikat (baut), kopling tengah (centre clutch), plat tutup atau plat penekan (pressure
- plate), klep penjamin dan batang penekan/pembebas (release rod).
Rumah kopling (clutch housing) ditempatkan pada
poros utama (main shaft) yaitu poros yang menggerakkan semua roda
gigi transmisi. Tetapi rumah kopling ini bebas terhadap poros
utama, artinya bila rumah kopling berputar poros utama tidak
ikut berputar. Pada bagian luar rumah kopling terdapat roda
gigi (diven gear) yang berhubungan dengan roda gigi pada poros engkol
sehingga bila poros engkol berputar maka rumah kopling juga ikut berputar.
Agar putaran rumah kopling dapat sampai pada poros utama maka pada poros
utama dipasang hub kopling (clutch sleeve hub).
Gambar
2. Konstruksi kopling plat banyak dengan penggerak tipe coil spring (pegas
keong)
Cara kerja kopling mekanis adalah sebagai berikut:
Bila handel kopling bebas (tidak
ditarik) maka pelat tekan dan pelat gesek dijepit oleh piring
penekan (clutch pressure plate) dengan bantuan pegas kopling
sehingga tenaga putar dari poros engkol sampai pada roda belakang.
Sedangkan bila handel kopling ditarik
maka kawat kopling menarik alat pembebas kopling. Alat pembebas
kopling menekan batang tekan (pushrod) atau release rod yang ditempatkan
di dalam poros utama. Pushrod mendorong piring penekan ke arah berlawanan
dengan arah gaya pegas kopling. Akibatnya pelat gesek dan pelat tekan
akan saling merenggang dan putaran rumah kopling tidak
diteruskan pada poros utama, atau hanya memutarkan rumah kopling
dan pelat geseknya saja.
Gambar 3. Putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi
saat handel kopling dilepas
Gambar
4. Putaran mesin mulai diteruskan ke Transmisi saat handel kopling mulai
dilepas
Gambar
5. Putaran
mesin diteruskan dengan sempurna
Pada tipe kopling mekanik terdapat dua cara untuk membebaskan kopling
(putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi), yaitu secara manual dan
hidrolik.
Metode pembebasan kopling secara
manual adalah dengan menggunakan kabel kopling yang ditarik
oleh handel kopling.
Terdapat tiga tipe untuk pembebasan kopling secara
manual, yaitu:
1. Tipe dengan mendorong dari arah luar
(outer push type). Pada tipe ini, jika handel kopling ditarik, plat
penekan (pressure plate) ditekan ke dalam dari arah sebelah luar. Sehingga
plat kopling akan merenggang dari plat penekan, dan kopling akan
bebas dan putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi.
Gambar 6. Pembebas kopling dengan
outer push type
2. Tipe dengan mendorong ke arah dalam (inner
push type). Pada tipe ini, jika handel kopling ditarik, plat
penekan (pressure plate) ditekan ke luar dari arah sebelah dalam. Sehingga
plat kopling akan merenggang dari plat penekan, dan kopling akan
bebas dan putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi.
Gambar 7. Pembebas kopling dengan
inner push type
3. Tipe rack and pinion. Pada tipe ini,
dimungkinkan kopling dapat dihubungkan dandilepas secara langsung.
Konstruksinya sederhana namun mempunyai daya tahan yang tinggi sehingga
cocok untuk sepeda motor bermesin putaran tinggi
Gambar 8. Pembebas kopling dengan
rack and pinion type
4. Metode pembebasan kopling tipe mekanik
dengan menggunakan sistem hidrolik adalah dengan mengganti
fungsi kabel kopling oleh cairan hidrolik. Jika handel kopling/tangkai
kopling ditarik, batang pendorong (pushrod) pada master cylinder mendorong
cairan hidrolik yang berada pada slang. Kemudian cairan hidrolik
tersebut menekan piston yang terdapat pada silinder pembebas (release
cylinder).
Gambar 9. Pembebas kopling dengan
sistem hidrolik
Akibatnya piston bergerak keluar dan mendorong
pushrod yang terdapat pada bagian dalam poros utama
transmisi. Pergerakan pushrod pada poros utama transmisi
tersebut akan menyebabkan plat penekan pada kopling tertekan sehingga
kopling akan terbebas dan putaran mesin tidak diteruskan ke transmisi.
Metode pembebasan kopling tipe mekanik
dengan menggunakan sistem hidrolik mempunyai keuntungan, antara lain;
lembut dan ringan dalam membebaskan dan menghubungkan pergerakan kopling, bebas
penyetelan dan perawatan terkecuali pemeriksaan berkala/rutin pada
sistem hidrolik seperti ketinggian cairan hidrolik, dan
penggantian cairan dan perapat (seal) hidrolik.
- Kopling Otomatis (Automatic Clutch).
Kopling
otomatis adalah kopling yang cara kerjanya diatur oleh tinggi atau
rendahnya putaran mesin itu sendiri, dimana pembebasan dilakukan secara
otomatis, pada saat putaran rendah. Kedudukan kopling berada pada poros engkol/kruk as dan ada juga yang
berkedudukan pada as primer persnelling/poros utama transmisi (main/input
shaft transmisi) seperti halnya kopling mekanis.
Cara kerjanya adalah pada putaran
stasioner/langsam (putaran rendah), putaran poros engkol tidak diteruskan
ke gigi pertama penggerak (primary drive gear) maupun ke gigi pertama yang
digerakkan (primary driven gear). Ini tejadi karena rumah kopling bebas
(tidak berputar) terhadap kanvas, pemberat, dan pegas pengembali
yang terpasang pada poros engkol.
Gambar 10. Konstruksi kopling otomatis tipe
centripugal,(A) centripugal tipe kanvas/sepatu, (B) centripugal tipe plat
Pada saat
putaran mesin rendah (stasioner), gaya sentrifugal dan kanvas kopling,
pemberat menjadi kecil sehingga sepatu kopling terlepas dari rumah kopling
dan tertarik ke arah poros engkol, akibatnya rumah kopling yang berkaitan
dengan gigi pertama penggerak menjadi bebas terhadap poros
engkol. Saat putaran mesin bertambah, gaya sentrifugal semakin
besar sehingga mendorong kanvas kopling mencapai rumah kopling
di mana gayanya lebih besar dari gaya
tarik pengembali. Rumah kopling
ikut berputar dan meneruskan ke tenaga gigi pertama yang digerakkan.
Sedangkan kopling kedua ditempatkan bersama
primary driven gear pada poros center (countershaft) dan berhubungan
langsung dengan mekanisme pemindah gigi transmisi/persnelling.
Pada saat gigi persnelling dipindahkan oleh pedal pemindah gigi, kopling
kedua dibebaskan oleh pergerakan poros pemindah gigi (gear shifting
shaft).
- Tipe-tipe kopling
Selain dibedakan menurut cara kerjanya, tipe
kopling juga bisa dibedakan sebagai berikut:
1) Berdasarkan Konstruksi Kopling:
a) Kopling tipe piringan
Kopling tipe piringan (disc) terdiri dari berbagai
plat gesek (friction plate) sebagai plat penggerak untuk menggerakkan
kopling. Plat gesek dan plat yang digerakkan (plain plate) pada tipe
kopling manual digerakkan oleh per/pegas, baik jenis pegas keong (coil spring)
seperti terlihat pada gambar 2 maupun pegas diapragma (diapraghm spring).
Gambar 11. Kopling piringan
dengan penggerak tipe diaphragm spring
b) Kopling sepatu sentrifugal
Kopling sepatu sentripugal (the shoe-type
centrifugal clucth) terdiri dari susunan sepatu atau kanvas
kopling yang akan bergerak ke arah luar karena gerakan sentripugal
saat kopling berputar. Dan akan meneruskan putaran dari mesin ke transmisi
setelah gerakan sepatunya ke arah luar berhubungan dengan rumah
kopling (drum) sampai rumah kopling tersebut ikut berputar. Kontsruksi
kopling sepatu dengan gerakan sentripugal seperti terlihat pada gambar 10
bagian A pada pembahasan sebelumnya.
c) Kopling " V “ Belt
Kopling "V“ belt merupakan kopling yang
terdiri dari sabuk (belt) yang berbentuk "V“ dan puli (pulley).
Kopling akan bekerja meneruskan putaran karena adanya gerakan tenaga
sentripugal yang menjepit sabuk ”V“ tersebut.
Gambar 12. Kopling tipe "V“
belt
2) Berdasarkan Kondisi Kerja kopling
a) Wet clutch
(kopling basah)
Kopling basah merupakan
salah satu tipe yang ditinjau berdasarkan kondisi kerja kopling, yaitu
merendam bagian dalam kopling yang terdapat dalam crank case (bak
poros engkol) dengan minyak pelumas/oli. Pelumas berfungsi sebagai
pendingin untuk mencegah kopling terbakar.
b) Dry clutch
(kopling kering)
Kopling kering digunakan untuk mengatasi
kelemahan kopling basah. Gesekan yang dihasilkan pada kopling basah
tidak sebanyak kopling kering, sehingga memerlukan jumlah plat kopling
yang lebih banyak. Disebut kopling kering karena penempatan kopling
berada di luar ruang oli dan selalu terbuka dengan udara luar untuk
menyalurkan panas yang dihasilkan saat kopling bekerja.
3) Berdasarkan tipe plat kopling (plate clutch )
a) Single or double plate type (plat kopling
tunggal atau ganda)
Plat kopling tunggal atau ganda digunakan pada
sepeda motor yang poros engkol-nya (crankshaft) sejajar dengan rangka
(rumah transmisi/persnelling) dan kopling tersebut dibautkan pada ujung
rangka tersebut. Kopling mempunyai rumah tersendiri yang berada diantara mesin
dan transmisi.
1a. Flywheel
(roda gaya)
1. Clutch housing (rumah kopling)
2. Spring (pegas)
3. Pressure
plate (plat penekan)
4. Pressure
plate lifter (pengangkat plat penekan
5. Friction
plates (plat gesek/penggerak)
6. Plain
plates (plat yang digerakkan)
7. Gearbox
input shaft (poros masuk transmisi)
8. Pushrod
(batang pendorong)
9. Mekanisme pembebas kopling
10. Kabel
kopling
|
Gambar 13. Konstruksi plat
kopling ganda
b) Multi-plate type (tipe plat kopling banyak)
Kopling plat banyak adalah suatu kopling yang
terdiri dari plat gesek (friction plate) dan plat yang digerakkan
(plain plate) lebih dari satu pasang. Biasanya plat gesek berjumlah
7, 8 atau 9 buah. Sedangkan plain plate selalu kurang satu dari jumlah
plat gesek karena penempatan plain plate selalu diapit diantara plat
gesek.
Gambar 14. Komponen tipe plat
kopling banyak
4) Berdasarkan posisi kopling
a) Hubungan langsung
Maksud dari hubungan langsung adalah
pemasangan kopling langsung pada ujung poros engkol
(crankshaft) sehingga putaran kopling akan sama dengan putaran mesin.
Sepeda motor yang posisi kopling-nya menggunakan tipe hubungan langsung
harus dirancang sedemikian rupa agar daya tahan dan kerja kopling bisa tetap
presisi dan baik.
Gambar 15. Posisi kopling tipe
hubungan langsung
b) Tipe reduksi
Maksud dari tipe reduksi adalah pemasangan
kopling berada pada ujung poros utama atau poros masuk transmisi
(input shaft). Jumlah gigi kopling yang dipasang pada ujung poros utama
transmisi lebih banyak dibanding jumlah gigi penggerak pada ujung poros
engkol. Dengan demikian putaran kopling akan lebih lambat
dibanding putaran mesin. Hal ini bisa membuat kopling lebih
tahan lama. Konstruksi posisi kopling tipe reduksi seperti terlihat pada
gambar 1 pada pembahasan awal bab ini.
JOB SHEET
1.
Prinsip
Kerja :
.................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
2.
Prinsip
Kerja : .................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
3.
Prinsip
Kerja :
.................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
4.
Prinsip
Kerja :
.............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar